Saya adalah penulis artikel sejarah yang baru mulai belajar. Saya suka menggali cerita masa lalu dan ingin membuatnya mudah dipahami dan menarik untuk dibaca. Meski masih belajar, saya bersemangat berbagi kisah sejarah yang bisa menginspirasi dan membuat pembaca merasa dekat dengan masa lalu.
Opu Daeng Menambon: Dari Perantau Menjadi Raja
Selasa, 20 Mei 2025 10:29 WIB
Oleh: [email protected]
***
Opu Daeng merupakan perantau yang berasal dari Bugis, tepatnya Luwu yang kini masuk wilayah Sulawesi Selatan. Ia merupakan putra dari Opu Tendriburang Dilaga yang dikenal sebagai tokoh penting dalam migrasi orang Bugis ke wilayah Melayu dan Kalimantan. Opu Daeng mempunyai peranan penting dalam pendirian Kesultanan Mempawah.
Kedatangan Opu Daeng Menambon
Alasan kedatangan Opu Daeng ke Kalimantan Barat, khususnya ke wilayah Mempawah, berasal dari terjadinya sebuah konflik internal yang terjadi di Kesultanan Matan (Tanjungpura). Pada saat itu Sultan Muhammad Zainuddin sebagai penguasa Matan kehilangan tahta sebab adanya perebutan kekuasaan oleh adik tirinya, Pangeran Agung.
Dikarenakan semakin memanasnya konflik tersebut, Sultan Muhammad Zainuddin pun berangkat ke kerajaan Banjar untuk meminta bantuan dan mengirimkan surat kepada Opu Bugis Lima yang saat itu menetap di Pulau Siantan untuk turut serta membantunya. Beberapa saudara dari Opu Bugis Lima yakni Opu Daeng Perani, Opu Daeng Menambon, Opu Daeng Marewah, Opu Daeng Cella' dan Opu Daeng Kamesh.
Setelah mendapatkan surat tersebut, Opu Bugis Lima langsung bersiap untuk membantu Sultan Muhammad Zainuddin kala itu untuk merebut kembali tahta kerajaan. Setelah berakhirnya konflik tersebut, untuk membalas jasa kepada Opu Bugis Lima Bersaudara karena telah membantunya mengambil kembali tahta tersebut, Sultan Muhammad Zainuddin berkeinginan untuk menikahkan putrinya yaitu Putri Kesumba kepada Daeng Menambon. Setelah pernikahan tersebut Opu Daeng Menambon menggunakan gelar sebagai Pangeran Mas Surya Negara, sedangkan Putri Kesumba bergelar Ratu Agung Sinuhun Kesumba.
Kerajaan Mempawah di Bawah Kekusaan Opu Daeng Menambon
Keraton Amantubillah Mempawah
(Sumber: Kemenparekraf/Baparekraf RI)
Sekitar tahun 1737 Masehi, rombongan Opu Daeng berangkat dari Matan menuju Mempawah, dengan maksud tujuan untuk menerima tahta kerajaan Bangkule Rajankg (Mempawah Tua), ia berangkat bersama istrinya serta para pengikutnya menggunakan sampan. Perjalanan ini memakan waktu tiga hari hingga akhirnya rombongan tersebut tiba di Kuala Sungai Mempawah.
Ketika memasuki wilayah Kuala Sungai Mempawah, rombongan ini disambut dengan penuh suka cita oleh masyarakat. Kedatangan Opu Daeng Menambon diperingati setiap tahun oleh massyarakat Mempawah melalui Festival Robo-Robo, yang menjadi tradisi turun-temurun. Dibawah kekuasaan Opu Daeng, ia memindahkan pusat pemerintahan dari Seanggaok ke Sebukit Rama dan menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan menggantikan tradisi Hindu dan kepercayaan lokal sebelumnya.
Dalam mengatur pemerintahannya, ia menggunakan hukum Syara agama Islam yaitu terdiri dari Ibadat, Mu'amalat, Munakahat dan Kinayah. Pada masa ini, Mempawah berkembang secara pesat menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh berbagai wilayah Nusantara. Dengan adanya pengaruh Islam yang kuat pada masa Opu Daeng Menambon menjadikan Mempawah sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Kalimantan Barat.
Opu Daeng Menambon wafat pada tahun 1763 dan dimakamkan di Sebukit Rama, makamnya menjadi tempat penghormatan dan ziarah masyarakat setempat, sebagai bentuk penghargaan atas jasanya menyebarkan islam di Mempawah.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Opu Daeng Menambon: Dari Perantau Menjadi Raja
Selasa, 20 Mei 2025 10:29 WIBArtikel Terpopuler